Jumat, 15 Juli 2011

Bali masih dreamlandnya Indonesia kok..


Sedih banget membaca artikel majalah time tentang “ Holiday in hell: bali’s ongoing woes”, langsung ketar-ketir jadinya karena ada niatan mengunjungi bali, seakan-akan artikel itu menyuruh kita untuk berpikir ulang tapi the show must go on tentunya.

Berbekal beberepa lembar rupiah dan sejuta tekad saya dan suami memutuskan berangkat. Kami berencana membeli tiket kereta api, kereta api jurusan denpasar. Tentu keretanya tidak menyelam di laut, kereta berhenti di stasiun Banyuwangi diteruskan dengan bis, turun di terminal ubung. Beberapa jam sebelum jadwal keberangkatan, kami membeli tiket tapi ternyata semua tiket untuk tiga hari kedepan sudah habis, kami sungguh lupa kalau tiga hari ini libur agak panjang, lemas kaki ini. Teringat seorang teman yang bekerja di stasiun, saya menelpon menanyakan tiket, ternyata saya menerima jawaban yang sama. 
Berusaha menabahkan hati tidak berjodoh dengan kuta, mungkin di lain hari. Menjelang dua jam sebelum jadwal  keberangkatan si teman tadi mengabari ada pemesanan tiket yang dibatalkan, kami langsung berkemas. Perjalanan yang melelahkan sekaligus menyenangkan karena sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan laut dan hutan.

Kami menyewa sepeda motor di dekat terminal, sembari makan siang kami memikirkan tujuan selanjutnya, yaitu mencari penginapan, menurut informasi dari internet banyak penginapan murah dekat pantai kuta, kami pun menelpon daftar penginapan itu satu-satu tapi hampir semuanya full booked tapi setelah menelpon hampir 10 kali akhirnya ada penginapan murmer yang kamarnya masih tersisa, langsung tancap gas untuk beristirahat sejenak.

Belum reda penat di badan tak sabar pergi ke ubud, setelah setengah perjalanan kami baru sadar kalau ubud itu arah terminal ubung, jalan yang telah kita lewati sebelumnya, akhirnya kami mengurungkan niat mengunjungi ubud, kita putar arah ke kuta, berharap masih bisa melihat sunset. Kuta sudah tak separah foto-foto di media massa beberapa pekan yang lalu, berita itu tidak mempengaruhi jumlah pengunjung, masih rame banget. Malam tiba, pengunjung bukannya berkurang malah bertambah. Kami pun tak mau kalah, kami juga masih disana sampai larut malam, bukan untuk menikmati perpaduan deburan ombak pantai  dan langit di malam hari, tapi untuk mencari kunci penginapan yang hilang entah kemana, rupanya tadi sore kami keasikan bermain air.

Esoknya kami ke pantai seminyak. Karena bersebelahan, suasanaya hampir sama seperti Kuta tapi jauh lebih tenang dan lebih bersih, pengunjungnya masih sepi, entah karena masih pagi hari atau memang sepi. Kita jadi lebih tenang menikmati pantainya. Di dekat area pantai ada wahana bungee jumping.

Garuda Wisnu Kencana tujuan kami selanjutnya, kami penasaran dengan patung buatan pak I Nyoman  Nuarta, yang berada di  bukit kapur, yang digadang-gadang akan menjadi monumen terbesar di dunia mengalahkan  patung liberty, tapi sekarang masih dalam proses penyelesaian. (Cemangad ya pak I Nyoman Nuarta!!). di pintu masuk kita disambut pantung dua tangan, di plasa wisnu kami melihat patung wisnu yang tak bertangan, mungkin kelak dua tangan  tadi milik wisnu. Di tempat lain kami melihat patung garuda yang belum bersayap, dipunggungnya ada patung  kaki manusia, sungguh kami tidak sabar melihat patung itu disatukan, semoga kelak jika itu sudah terjadi, Yang Kuasa berkenan kami datang kesana lagi. Selain patung kita bisa menikmati tari barong, diaroma, kolam bunga teratai dan lain sebagainya.

Karena searah kami melanjutkan perjalanan ke pantai dreamland, berada di dalam sebuah kompleks elite pacatu  resort, akses menuju pantai sungguh terjal, dengan bebatuan kapur yang cadas, tapi ketika melihat hamparan pantai maha sempurna dari kejauhan, tidak sabar untuk segera berlari kesana, pantai ini sungguh luar biasa indah, berada di ceruk tebing yang menjulang dengan batu karang membatasi, pasir yang benar-benar alami, ombak biru yang indah dan pengunjung yang masih sedikit, benar - benar dreamland. Kami membatalkan jadwal ke pura uluwatu, kami ingin menikmati sunset dan berlama-lama disini, takut jika suatu saat nanti datang kesini lagi suasananya telah berubah, semoga tidak.

Belum lengkap rasanya pergi ke bali tanpa mengunjungi tanah lot, tempat ini memiliki keunikan tersendiri, selain pura yang berada di atas batu, kita hanya bisa datang kesana jika airnya sedang surut. Beruntung kami bisa menyebrang, di bantu bapak-bapak, mungkin bapak-bapak itu yang namanya pecalang. Dibawah batu itu kami minum air tawar, air tawar di tengah laut, jika Yang Kuasa sedang berkehendak maka jadilah. Selain itu disana juga ada ular suci, konon ular itulah yang sang penjaga pura.

Setelah puas ke pantai kami ingin menikmati pegunungan di Bali, Kami menuju bedugul, di jalan kami melewati kebun raya, karena kami penasaran kami mampir kesana sebentar, ternyata di sana sejuk sekali, ada area outbond, ada danau entah danau buatan atau alami dan ada tiruan hewan-hewan dari tanaman,lucu. Di bedugul karena sudah sore kami hanya berputar-putar di danau dengan speedboat saja.

Liburan yang penuh dengan kenekatan dan kebahagiaan, kami tidak pernah nyasar sama sekali, padahal kami tidak mengerti daerah bali, kami pun tak punya peta, kami mengandalkan orang di pinggir jalan dan ternyata banyak petunjuk jalan yang sangat membantu sekali. Jadi jangan ragu-ragu datang ke bali, pemerintah bali rupanya bereaksi positif terhadap kritikan itu, pantai-pantainya sekarang lebih bersih, kalau tentang pengamanan semoga juga lebih baik, jalan-jalan di bali banyak yang diperbaiki, jadi semoga kedepannya lalu lintas lebih lancar. Dan mari kita lakukan pesan yang sering kita dengar ”Jangan mengambil apapun, kecuali foto anda. Dan jangan meninggalkan apapun kecuali jejak kaki anda”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar